Translate

Sabtu, 06 Maret 2010

Pekerjaan Penting


TENTANG CINTA


Genta bukanlah genta sebelum dibunyikan

Lagu bukanlah lagu sebelum dinyanyikan

Cinta di sanubari bukanlah untuk dipendam

Cinta bukanlah cinta sebelum dipersembahkan


Oscar Hammerstein




Pekerjaan Penting

Penumpang-penumpang yang paling terakhir masuk ke pesawat dari Seattle ke Dallas adalah seorang wanita disertai tiga anak." Aduh, jangan sampai tempat duduk mereka disebelahku," kataku dalam hati." Begitu banyak pekerjaan yang harus kulakukan ." Tetapi sesaat kemudian seorang anak perempuan berumur sebelas tahun dan adik lelakinya berumur sembilan tahun sudah melangkahi kakiku yang terjulur ke depan untuk duduk di kursi-kursi di sebelahku, sementara wanita itu dan anak lelaki satunya lagi berumur empat tahun mengambil tempat duduk di belakangku. Boleh dibilang seketika itu juga kedua anak yang lebih besar mulai bertengkar, sementara anak kecil yang dibelakang sebentar-sebentar menendang kursiku. Sekian menit sekali anak lelaki di sebelahku bertanya pada kakaknya," Dimana kita sekarang ?" "Diam" bentak anak perempuan itu, lalu mulailah lagi gerak-gerik gelisah disertai rengekan.

" Anak-anak sama sekali tidak mengerti tentang pekerjaan penting," pikirku dengan perasaan sebal. Tahu-tahu ada suara dalam benakku, yang dengan jelas dan singkat mengatakan, Cintai mereka." Anak-anak ini tidak bisa diatur, dan aku memiliki pekerjaan penting yang harus kukerjakan," pikirku membantah suara tadi. Hati sanubariku menjawab Cintailah mereka seakan-akan mereka anakmu sendiri.

Karena sudah berkali-kali mendengar pertanyaan "Di mana kita sekarang ?", kuarahkan perhatian mereka pada peta di majalah perusahaan penerbangan yang terselip dalam kantong di belakang sandaran setiap kursi. Padahal ada pekerjaan penting yang harus kutangani.

Kujelaskan rute yang ditempuh pesawat, kupenggal-penggal dalam tahap-tahap penerbangan yang masing-masing memakan waktu seperempat jam. Kuperkirakan pula kapan pesawat mendarat di Dallas. Setelah itu mereka pun bercerita tentang perjalanan mereka ke Seattle untuk menjenguk ayah mereka yang dirawat di rumah sakit. Dalam percakapan kami, mereka bertanya tentang penerbangan, navigasi, ilmu pengetahuan, dan pendangan orang dewasa mengenai kehidupan. Waktu berlalu dengan cepat, dan pekerjaanku yang "penting" masih saja belum kuapa-apakan.

Ketika pesawat akhirnya hendak mendarat, aku bertanya tentang keadaan ayah mereka. Sikap kedua anak itu langsung berubah dan yang laki-laki berkata dengan singkat," Sudah meninggal."

Aku mengatkan bahwa aku ikut merasa sedih." Ya, aku juga sedih," kata anak lelaki itu." Tapi adikku yang paling kuprihatinkan. Ia sangat kehilangan." Tiba-tiba aku menjadi sadar bahwa apa yang kami percakapkan selama itu adalah pekerjaan terpenting dalam hidup ini, yaitu menjalani kehidupan, mencintai dan terus berkembang meski mengalami kesedihan mendalam. Ketika kami berpisah di bandar udara Dallas, aku bersalaman dengan anak lelaki itu yang mengucapkan terima kasih padaku karena menjadi "guru di angkasa" baginya. Dan aku berterima kasih padanya, karena iapun sempat menjadi "guru angkasa" bagiku.

Dian S.Bagley



read more..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar